Kamis, 29 Juni 2017

Cause I

I think we can learn to love again.
Cause I love you.
These months is hard to go through.
But I believe we can pass it, together.

I'm not yet surrender.
I got a feeling that you will pass it.
We will.
Let's think positive shall we?

If you can't, just let me.
That's what partner are for, right?
When another feel desperate here come the other helping.
Let me help you.
Let we help us.

Baby we've gone too far.
This is just a tiny hole between us.
Don't wreck it with our ego, let's find another paper to cover it.
Let's find our heart again honey.

Cause I love you.

Sabtu, 27 Mei 2017

Kamu Kembali.

Apakah dengan diammu, semua masalah terselesaikan?
Apakah dengan melarikan diri dari kenyataan, perasaan kita akan sama?
Apakah dengan egomu, kita akan kembali?
Apakah dengan egoku, kamu akan mengerti?

Kita ini sedang buntu.
Aku buntu digelapkan dengan emosi kala itu.
Kamu buntu digelapkan dengan emosi setelahnya.
Kita buntu digelapkan ego masing-masing.

Kamu diam.
Aku menerka.
Kamu diam.
Aku bicara.
Kamu bicara.
Aku luka.
Kamu diam.
Aku diam.

Aku diam.
Kamu diam.
Aku bicara.
Kamu luka.
Aku diam.
Kamu pergi, dalam diam.

Sabarku, pintamu. Akan terus berbunga untuk menanti.
Jika memang benar kamu kan kembali.
Dalam diam, aku berharap sendiri.
Dalam diam, kamu nikmati sendiri.

Tidak apa-apa, sayang. Ini pantas untukku.
Untukku karena kamu telah terlalu banyak menipu perasaanmu atas kebahagiaanku.
Untukku karena kamu telah terlalu banyak menutup logika realmu atas keamananku.
Untukku karena kamu telah terlalu banyak menghiraukan yang kamu punya, hanya untukku.

Tapi bukan berarti aku izinkan kamu pergi, sayang.
Kamu minta aku untuk bersabar, baiklah aku mengerti.
Aku lakukan.
Dengan harapan.
Kamu kembali.

Rabu, 26 April 2017

Halo, perkenalkan aku Vina. Biasa dipanggil Vina, Ipin, atau Safina. Saat ini umurku 20 tahun ketika menulis post ini.

I decided to write this post karena aku nggak tahu harus cerita kemana lagi. Ya, aku adalah seorang yang beragama namun bisa dibilang tidak taat menjalankan kewajiban agamaku. Saking tidak taatnya aku sampai malu untuk menunaikannya. Malu sama Tuhan. Aku merasa rendah, sangat rendah sampai sampai tidak berani untuk beribadah menyembah kepada-Nya.

Diujung usia 20 tahunku ini aku merasa sedang di ujung tanduk.

Sebelum masuk ke keluarga aku akan membahas tentang diriku sendiri.
Kebanyakan bilang aku ini cerewet, galak, ceplas ceplos. Dan aku juga mengklaim diriku sedemikian adanya, sampai aku SMA. Aku membatasi ruang bicaraku, hanya berbicara/ngobrol kepada mereka yang dekat saja. Mungkin dari ratusan teman-teman seangkatan aku hanya kenal, bukan tahu, 30an orang.

Terlebih saat ini aku sedang menjalani semester 4 perkuliahan. Dari ratusan teman-teman satu jurusan yang seangkatan denganku, bisa dihitung dengan jari mereka yang pernah ngobrol panjang sama aku. Mereka yang menghabiskan waktu bersamaku di kampus hanya sekedar ngantin bareng atau mager di kampus nunggu pergantian kelas.

Hari inipun, di salah satu mata kuliah, aku duduk di sebuah bangku dimana tidak ada satupun orang yang berminat duduk disampingku. Kenapa? Karena mereka tidak mengenalku. Tahu, tapi tidak kenal. Berbicara, tapi tidak ngobrol.

Introvert? Ekstrovert? Aku tidak peduli dengan itu semua. Sebodo amat dengan julukan-julukan psikologis seperti itu. Kamu mungkin menganggapku ekstrovert, karena aku senang bergaul, ngobrol, bercanda, kamu mungkin menilaiku orang yang lugas, yang tegas.

Sedangkan aku lebih menggambarkan diriku sebagai bongkahan es di laut antartika sana.

Banyak yang kusembunyikan. Permasalahan yang selalu kucoba untuk melupakan. Walau tidak akan pernah selesai dengan cara itu. Tapi seenggaknya aku lupa. Hanya sekedar lupa.

Bukan, aku tidak bermasalah dengan siapapun. Aku tidak berkonflik dengan siapapun.

Aku hanya bercerita tentang lingkungan di sekitarku yang apatis semenjak aku kecil.

Kamu pikir ibuku tahu siapa aku?
Kamu pikir ayahku tahu apa mauku?

Bersyukurlah. Ya, aku bersyukur. Karena mereka aku jadi mengerti bagaimana pentingnya menghargai manusia lain. Betapa pentingnya sebuah pengertian dimata manusia. Betapa lembutnya sebuah sentuhan, rasa toleransi ketika itu hadir dalam aspek kehidupan.

Walaupun aku tidak mendapatkan itu dari orang-orang terdekatku.

Aku belajar dari hidup.
Aku belajar dari permasalahan yang telah aku lalui.
Aku belajar dari mengerti perasaan orang lain.
Aku belajar dari manusia.

Bukan dari lembaran kitab yang kau sebut buku.

Aku tidak mengerti kenapa Tuhan memberikan keluargaku permasalahan seperti ini.
Apakah Tuhan marah karena aku tidak pernah beribadah?
Mungkin
Apa hikmah dibalik semua ini? Bagaimana solusi agar semua berjalan dengan baik?

Ketika dua idealisme yang sama kuatnya, yang sama kolotnya dibenturkan menjadi satu.
Bukankah hanya akan membuat bom waktu?
Yang akan meledak seiring dengan berjalannya masa.

Aku tidak tau bagaimana wujud ledakan itu.
Apakah semuanya sama-sama terluka.
Atau malah mati,

Semua dijalani seenak udel sendiri, lupa dengan hal-hal kecil yang sering disebut kasih.
Gombal kedengarannya, namun ini genting dalam kehidupan bersama.
Apalah arti seatap tanpa ada kasih yang menyelimuti?
Hanya dua insan yang saling telanjang menikmati nafsu duniawi
Tanpa ada rasa saling memiliki dan mengayomi, bahkan menjaga

Aku sebagai saksi atas pertengkaran kecil yang didasari idealis-idealis kolot
Yang membenturkan antara teori dan insting
Yang dilakukan terus menerus tanpa ada penyelesaian yang jelas
Sebentar lagi mungkin akan menyaksikan bom waktu


Yang kuharap tidak akan pernah meledak

Selasa, 04 April 2017

do I miss u

once upon a time, there were two lovebirds who decided to married.
the man with his business, and the woman with her mindset.
time flies till they have 3 children.
they raised with love and affection.
this family lived happily.

but not ever after.

thru u

midnight, after rain..

sitting in my bed, lean on the wall.

listening to the guitar played by brother.

feelin so calm, even tough I'm on my first day period.

just finished re-read my old post, realize it've been 6 years. time flies so fast.

I want to tell you a lot of thing I've been through.

I'm loved, and loving since 20 August 2015.
I can't help to not to smile while type this.
We've been celebrate our birthday together.
Fighting on our first anniversary.
Bent and we're learn to love again.
He tell me, teach me, mad at me, love me, do stupid things together.
Eat a lot and dance together.

He supports me a lot.
While I still learn to support him.
But he doesn't give up on me.
He doesn't.
And I hope we won't.
Cause I love him.

Rabu, 16 Maret 2016

Hujan

Nanti pagi, aku berniat untuk tidak menghubungimu
Aku akan memberikan jarak untukmu
Untukmu bernafas, untukmu menenangkan nurani
Dan mungkin, untukmu merindu aku
Itupun jikalau akan terjadi

Jangan tanya mengapa, aku tak mengerti
Karena kamu mengapa, aku tak tahu
Apa salahku, aku tak tahu
Sebab diammu, aku tak mengerti

Apa sebabku begini, kau tak paham
Bukan maksudku berkata kau tak pahami aku
Namun kondisiku sekarang ini kau mungkin memang tak paham
Ketika satu hela nafas panjangmu bisa menjadi bahan bakar tangisku
Kau mungkin tak bisa membayangkan itu

Tidakkah ada sebuah cahaya dalam benakmu
Setiap diammu hanya akan membuatku bersedih
Lelahmu akan menjadi gusarku
Yang hanya akan mencercahkan energi negatif kepada kita
Aku dan kamu

Aku yakin, kau paham akan hal ini
Akan segala yang kau lakukan ini
Namun ingatlah, sayang
Resahmu hanya akan jadi pikiranku
Dan segala ketersesatan ini
Segala ketidaknyamanan ini
Sadarkah kau, akupun hanya akan merasakan gejolak yang sama

Ingat sayang, ini bukan antara kau dan aku
Bukan tentang egomu dan sikapmu
Ini tentang dua insan yang mencoba memahami dan saling satu
Bukan hanya kau yang merasakan galaumu

Dan aku
Di tengah malam seperti ini
Masih memikirkan tentang nanti pagi
Haruskah aku memasang senyuman
Atau aku berikan ruang

Aku hanya ingin membuatmu bahagia
Namun tak mengerti bagaimana
Ingatlah kasih, ini tentang aku dan kau yang menjadi kita
Ketahuilah kasih, aku ingin menjadi yang terbaik
Untukmu, disegala kondisi dan situasi

Dari aku, yang bersedih tentang diammu kemarin dan hari ini

Sabtu, 27 Juni 2015

Racistme and Gay Marriage in This Wide Wide World

Ketika RASIS dijadikan bentuk perlindungan bagi kaum LGBT. 

Tak usah kita pungkiri kaum LGBT menjadi kaum minoritas yang dipandang sebelah mata. Bagaimana tidak? Normalnya manusia mencintai/mengasihi lawan jenisnya, sedangkan kaum LGBT 'terjebak' dalam perasaan dimana mereka mencintai sesama jenisnya. Kalo mau dilihat dari sisi agama (saya muslim), Tuhan menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, perempuan dan laki-laki, kalo perempuan ya pasangannya laki-laki, kalo laki-laki ya perempuan. Bagi temen-temen muslim, masih inget kisah Nabi Luth? Yang kaumnya dibinasakan oleh Allah SWT dengan membalikkan bumi, tanah jadi langit langit jadi tanah karena apa? Karena mereka adalah kaum homo dan kaum sodom. Cerita ini sering kita dengar ketika SD, ketika sedang belajar tentang kisah para nabi. Dan dari cerita ini juga jelas kalau pernikahan, hubungan sesama jenis itu jelas-jelas dilarang. Dan itu juga tertera dalam Al-Qur'an sist, bray.

Manusia diciptakan Tuhan dengan akal dan fikiran lebih sempurna dibanding makhluk lainnya. Paling sempurna malah. Tapi kenapa kok sepertinya Cinta Ini Tak Ada Logika. Bro, sist. Saya memang nggak tau apa yang kaum LGBT rasakan. Apakah mereka memang seperti itu dari lahir, atau efek lingkungan, saya nggak tau. Bagaimana cara mereka atau kisah mereka sampai bisa mencintai/mengasihi sesama jenis, saya juga nggak tau. Saya nggak tau apapun tentang hubungan sesama jenis tapi yang jelas itu dilarang. Hanya saja memang saya cuek sama sekitar. Saya juga punya temen yang homo. Ada juga temen yang lesbi. Ada juga yang biseksual. Tapi saya nggak pernah menjauhi dan mengintimidasi mereka. Terserah mereka, punya akal kok, punya agama kok. Dosa juga dosa mereka, bukan dosa saya. Tapi yang bikin saya heran tu ya ini, pernikahan sesama jenis dilegalkan di seluruh negara bagian Amerika. Kiamat sudah dekat? Naudzubillah.

Dan yang bikin saya sedih lagi diangkatnya kata RASIS, yang mana kalimatnya begini biasanya "lo rasis banget sih sama kaum LGBT" yaampun, sayangku cintaku, RASIS itu apa sih? Rasis itu:

 Rasisme adalah suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu – bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya [1].

Itu kata mbah wiki. Apakah LGBT merupakan sebuah ras? Jelas bukan! LGBT itu orang-orang yang.. duh gimana ya menjabarkannya.. yang mencintai sesama jenis? dan merasa terjebak dalam badan yang salah? (re: merasa jiwanya perempuan di tubuh lelaki) LGBT di wiki sih gini: 

LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbiangaybiseksual, dan transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay"[1]karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan.[2]

Yah, sebenernya inti dari post ini cuma mau bilang, buat aku, pendapat aku, opini aku, RASISME itu nggak ada hubungannya dengan kaum Lesbian Guy Biseksual dan Transgender. Ras itu

Ras (dari bahasa Prancis race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, "akar") adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segigenetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama.[1] Arti "ras" ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam menganalisa sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal-usul.[2]

Jadi kalo mau bilang "jangan rasis dong sama kaum gay!" mikir dulu, emang kaum gay itu sebuah ras? Dan buat aku, dengan akal dan akhlak manusia apapun agamanya, bisa saja merubah kebiasaan/kelainan mencintai sesama jenis itu tadi. Menjadi manusia normal yang hakiki. Saya tidak bermaksud menghakimi, tapi kalian tau sendiri, inilah kenyataannya, inilah faktanya. Di dunia yang serba bebas ini, dimana (mungkin) nilai dan norma sudah tinggal tulisan di buku pelajaran Sosiologi SMA kelas 2, toleransi dan emansipasi (mungkin) sudah melampaui batas. Ya, kaum LGBT juga sama dengan kita, manusia, punya HAM, hak untuk hidup. Ya, benar. Saya juga nggak ngelarang mereka untuk pacaran di mall, upload foto di jejasos. Saya cuma kaget begitu tau legalisasi ini. Dan semua kayaknya spontan berteriak hore gitu. Ada apa dengan dunia ini Ya Tuhan. Tapi yang jelas itu tadi, mengangkat kata rasis untuk defense LGBT kayaknya (buat aku) kurang tepat.

Jumat, 28 November 2014

Anak Jalanan

Hallo. Udah lama banget sejak post terakhir ya, hehe.

Belum ada hal-hal asik tentang kehidupan sih, biasa aja. Yah, rumah-studio-rumah-studio mulu. Sampe rumah ganti baju, cus studio A buat ngajar abis itu studio B buat latihan, balik rumah lagi buat ngedit lagu sama numpang bobo doang. Besoknya? Ya gitu lagi. But I enjoy my life now.

Kali ini aku mau cerita tentang fenomena yang aku alami sepulang ngajar. Waktu itu aku lagi di jalan mau latihan, di lampu merah suatu perempatan di Jogja, aku lihat ada 3 orang anak sedang ngamen. Ya sebenernya udah fenomena umum ya liat anak kecil ngamen. Tapi, baru kali ini aku lihat fenomena dimana anak kecil ngamen jam 8 malam. 2 cewek 1 cowok. Usianya kira-kira 8-9 tahun deh. Masih kecil, sekali. Dari 3 bocah itu, ada 1 cewek yang jadi leadernya, dan sepertinya dia yang paling tua. Umurnya mungkin 8-9 tahun. Matanya sayu, seperti orang habis mabuk. Cuma melek setengah. Cara ngamennya njathil, tari tradisional khas Jogja. Tapi biasanya jathilan itu pake kostum, kuda lumping dll. Kali ini dia hanya modal speaker yang mengeluarkan bunyi lagu campursari, lalu dia berjoget sekenanya, sebisanya. Antara niat ngamen sama enggak gitu. Dari 3 bocah, hanya dia yang njoget. 1 cowok dan 1 cewek yang lain malah main pukul-pukulan pake sandal. Gatau sandal siapa. Mereka main di tengah jalan, hampir ditabrak mobil. Tapi tetep aja ketawa. Lucu sekaligus miris liatnya. Lucu, lihat tingkah laku dua anak kecil saling bercanda tabok-tabokan sandal dengan riangnya di malam hari, tanpa ada orang yang lebih tua. Miris, karena umur segitu dan dijam segitu harusnya mereka istirahat dirumah menyiapkan perlengkapan sekolahnya besok. Yang lebih miris lagi, ketika si leader berhenti njathil, karena udah mau lampu hijau, dia (dengan mata sayunya) mengambil kaleng yang memang dia sediakan di depannya. Sambil berjalan meminta uang di setiap pengendara di depannya, dia berteriak kepada dua bocah yang sedaritadi kerjaannya tabok-tabokan sandal;

"Heh, njathil koe ki ra mung gojek wae!! Tabrak mobil modyar koe!"
(Heh, nari kamu jangan becanda aja! Ditabrak mobil mati kamu!)

Wow.
Itu bukanlah kosakata anak umur 9 tahun.
Itu bukanlah kata-kata yang selazimnya dia dengar, dan dia praktekkan. Aku shock dengernya. Shock banget. Gak biasa aja, denger anak sekecil itu ngomong kata-kata sekeji itu. Ya mungkin kalau sesama orang dewasa/remaja wajarlah ya, maklum. Dan kosakata kayak gitu biasanya buat becaandaan. Tapi ini, dia ucapkan dengan mata mabuknya dan dengan nada yang serius pula. Persis seperti orang mabuk yang emosi. Serem gua liatnya.

Ya dari situ aku mikir, alangkah baiknya jika kita bersyukur atas apa yang kita dapatkan hari ini. Atas situasi kita. Seenggaknya kita punya orang tua yang senantiasa mengajarkan kita kebajikan, dan menjaga kita kala dinginnya malam. Seenggaknya kita dikelilingi oleh orang-orang baik yang juga membuat pribadi kita Insya Allah baik. Seenggaknya kita punya hal-hal yang bisa kita syukuri. Di postingan sebelumnya, aku frustasi banget karena gagal di universitas yang aku inginkan, yang aku kira dengan mudah aku bisa lolos. Tapi ternyata Tuhan selalu punya rencana. Sekarang, aku sibuk ngajar dance disana-sini. Dapat penghasilan, dapat ilmu, dapat relasi, sibuk lomba sana-sini, sibuk battle sana-sini, kemaren September aku bisa ke Jakarta untuk battle, dimana teman-teman yang lain sibuk OSPEK aku bisa leluasa terbang kemana aja untuk battle, meningkatkan skill dll. Subhanallah, Alhamdulillah. Luar biasa bukan? Tuhan selalu menyiapkan yang terbaik buat kita bro,sist. Tinggal kamunya yang mau keep in faith atau enggak. Percayalah, semua bakal indah pada waktu yang tepat :)

Bro, Sis, sejujurnya aku kasian ngeliat anak-anak jalanan itu. They deserve a better life. They deserve a better future. A brighter future. But they can't choose a life they live. They have to realize, that they must change their situation. Someone have to help them.

Rabu, 01 Oktober 2014

:)

I don't know what I want to post

But I, maybe, enjoying my life now.
I don't have to wake up at 6 in the morning, and take a bath after yawning.
And all my time wasted on dancing, which that means didn't  wasted at all.
I love my activities, especially Baby Queen and dance crew of SMP 5 Yogyakarta.
They're too adorable. My moodbooster.

I should give thank to Allah, for everything in my life.
He gives me the best, as always.

And my busy day.
So wonderful.
I enjoy it.
Alhamdulillahirabbilalamin.

Rabu, 16 Juli 2014

My Lowest Point in Life

16 July 2014

may be one of my hardest day to accept.

I'm dying alone at my room because of my period, and it fails my plan to go to the cinema.

And after I spent my whole half a day alone, it's time for me to check my university test result at 5pm. I'm all alone open the website and.....

It was my first time feeling so down and think it could be my lowest point in life

I get refused from the university I was register at

So sad but true, it's the truth. I can't avoid this fact, I'm not accepted there.

But my sadness isn't about me. It's about people arounds me who've support and pray for my success.

And now I failed it.

Feel so sorry but what can I do? I failed at everything about university register.

I'm crying and crying, alone at my room. Close my door so my parents can't hear me cry. But in the end, they see me. They know what's happened.

I'm sorry mom, dad, bro, grandma.

But it's my lowest point in life
 

Blog Template by BloggerCandy.com